Selasa, 22 Maret 2011

SALAT TAHAJUD MENJELANG UN

Oleh Imam Nur Suharno SPd MPdI
Direktur Pendidikan Yayasan Husnul Khotimah, Pengurus DPD Persatuan Guru Madrasah (PGM), Kuningan, Jawa Barat

Kini, Ujian Nasional (UN) sudah di depan mata. UN tahun 2011 akan dilaksanakan satu kali. Artinya, UN ulangan ditiadakan. Pelaksanaan UN tingkat SMA/MA/SMK akan dilaksanakan pada 18-21 April 2011, tingkat SMP/MTs pada 25-28 April 2011, sedangkan untuk ujian sekolah (US) dilaksanakan sebelum UN.
Perlu diketahui, kelulusan siswa dari sekolah/madrasah dengan melihat nilai gabungan rata-rata minimal 5,5 dan nilai setiap mata pelajaran paling rendah 4,0. Nilai gabungan merupakan perpaduan nilai UN dan nilai sekolah untuk setiap mata pelajaran UN. Nilai akhir diperoleh dari nilai gabungan antara nilai sekolah/madrasah (S/M) dari mata pelajaran yang diujinasionalkan dan nilai UN, dengan pembobotan 40 persen untuk nilai sekolah/madrasah dari mata pelajaran yang diujinasionalkan dan 60 persen untuk nilai UN.
Kemudian, peserta didik dinyatakan lulus ujian apabila telah memenuhi kriteria kelulusan yang ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan perolehan nilai sekolah/madrasah. Nilai sekolah/madrasah diperoleh dari gabungan antara nilai ujian sekolah/madrasah dan nilai rata-rata rapor semester I, II, III, IV, dan V untuk SMP/MTs/SMPLB dengan pembobotan 60 persen untuk nilai ujian sekolah/madrasah dan 40 persen untuk nilai rata-rata rapor. Sementara itu, SMA/MA/SMALB/SMK, nilai sekolah/madrasah diperoleh dari gabungan antara nilai ujian sekolah/madrasah dan nilai rata-rata rapor semester III, IV, dan V dengan pembobotan 60 persen untuk nilai ujian sekolah/madrasah dan 40 persen untuk nilai rata-rata rapor (lihat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 45 Tahun 2010).
Melihat formula penilaian kelulusan di atas, sekolah atau madrasah selaku pengemban tugas untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tidak perlu risau, apalagi panik. Jika sekolah tetap fokus dan konsisten dalam mengawal pembentukan generasi bangsa, tidak menutup kemungkinan sekolah akan mampu pula mengantarkan siswa siswinya lulus UN. Semoga.
Untuk menghindari rasa risau ataupun panik, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah guna mempersiapkan siswa dalam menghadapi UN dengan tetap fokus dalam mengajarkan materi pelajaran yang tidak di-UN-kan.
Pertama, menyelenggarakan kegiatan belajar tambahan yang biasanya disebut dengan bimbingan belajar (bimbel). Bimbel dilaksanakan di luar jam kegiatan belajar mengajar (KBM) reguler. Kegiatan bimbel harus terencana secara matang, terukur, dan terevaluasi secara rapi. Kegiatan bimbel ini harus betul-betul dapat menghadirkan suasana baru bagi siswa dalam proses belajar mengajarnya. Yang perlu diingat, jangan sampai dengan kegiatan bimbel ini malah menambah beban psikologi bagi siswa juga beban biaya bagi orang tua siswa..
Kedua, mengintegrasikan proses pembelajaran KBM reguler dan bimbel. Selain agar tidak terjadi tumpang tindih materi pelajaran yang diajarkan di KBM reguler dengan bimbel, juga untuk tetap diajarkan materi pelajaran yang tidak di-UN-kan. Sebab, kelulusan siswa tidak hanya ditentukan oleh UN.
Ketiga, fokus pada kisi-kisi UN. Dalam proses belajar mengajar materi pelajaran yang di-UN-kan, baik pada KBM reguler maupun bimbel harus tetap mengacu pada kisi-kisi soal UN. Dalam kisi-kisi tersebut tampak arah materi UN yang akan diujikan. Guru dan siswa wajib memahami kisi-kisi tersebut.
Keempat, optimalisasi klinik belajar. Kadang kala siswa tidak menyadari dirinya sedang dilanda kesulitan belajar. Guru BP, wali kelas, dan guru secara umum harus mampu membantu siswa dalam menaggulangi kesulitan belajar tersebut. Adapun permasalahan yang sering melanda siswa di antaranya, (1) rasa jenuh, rasa bosan, dan rasa mengantuk saat belajar; (2) kesulitan konsentrasi belajar; (3) rasa tidak suka kepada guru; (4) kesedihan hati; (5) rasa tidak percaya diri pada kemampuan sendiri; (6) rasa tegang menghadapi ujian; dan (7) rasa apatis terhadap sekolah.
Kelima, memperbanyak doa, terutama di sepertiga waktu malam. Selain dengan usaha (ikhtiar) secara maksimal guna menggapai cita-cita lulus UN dan rasa aman dari kepanikan, siswa hendaknya membiasakan diri salat malam (Tahajud). Permohonan yang mengiringi dalam salat malam akan mudah diijabah oleh Yang Maha Mengabulkan.
Rasulullah saw. bersabda, “Ketahuilah sesungguhnya Allah tertawa terhadap dua orang laki-laki, seseorang yang bangun pada malam yang dingin dari ranjang dan selimutnya, lalu ia berwudu dan melakukan salat. Allah SWT berfirman kepada para Malaikat-Nya, ’Apa yang mendorong hamba-Ku melakukan ini?’ Mereka menjawab, ’Wahai Rabb kami, ia melakukan ini karena mengharap apa yang ada di sisi-Mu.’ Allah berfirman, ’Sesungguhnya Aku telah memberikan kepadanya apa yang ia harapkan (cita-citakan) dan memberikan rasa aman dari apa yang ia takutkan.” (H.R. Ahmad).
Keenam, selain upaya-upaya tersebut, ada beberapa tips khusus untuk siswa yang hendaknya dilakukan dengan penuh konsisten, memahami standar kompetensi lulusan dan kisi-kisi soal secara baik; mengumpulkan soal UN lima tahun ke belakang; memperbanyak latihan soal; melakukan pengulangan latihan pada soal yang dianggap sulit; melakukan penyegaran materi dengan membaca buku yang terkait SKL dan kisi-kisi; mengikuti bimbel yang diselenggarakan sekolah maupun lembaga bimbingan di luar sekolah; mengikuti kegiatan try out (uji coba) yang diselenggarakan sekolah maupun pihak lain; mengikuti remedial dengan serius; menjaga kesehatan; mohon doa restu dari orang tua dan guru; serta mengikuti kegiatan malam bina iman dan takwa (MABIT) atau malam istigasah (MI) menjelang UN.
Meski demikian, bukan berarti hanya dengan upaya di atas kelulusan UN akan didapat, tetapi perlu keseimbangan yang kuat antara doa, usaha, dan tawakal. Keputusan akhir kelulusan UN bukan pada kemampuan siswa, melainkan pada takdir Ilahi yang menentukan. Wallahu a’lam.

* Pikiran Rakyat, Opini, Jumat, 18 Maret 2011

Rabu, 16 Maret 2011

Kehidupan Akhirat

Oleh Imam Nur Suharno


Kehidupan di dunia ini sebenarnya adalah kehidupan menuju akhirat. Ia adalah jembatan yang mesti dilalui oleh setiap manusia sebelum menempuh alam akhirat. Bahasa sederhananya, kehidupan dunia adalah medan persediaan dan persiapan untuk menuju kehidupan akhirat yang kekal sepanjang zaman. Ar-Raghib mengatakan, "Kekal adalah terbebasnya sesuatu dari segala macam kerusakan dan tetap dalam keadaan semula."

Kehidupan dunia ini merupakan jembatan penyeberangan, bukan tujuan akhir dari sebuah kehidupan, melainkan sebagai sarana menuju kehidupan yang sebenarnya, yaitu kehidupan akhirat. Karena itu, Alquran menamainya dengan beberapa istilah yang menunjukkan hakikat kehidupan yang sebenarnya.

Pertama, al-hayawan (kehidupan yang sebenarnya). "Tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan kalau mereka mengetahui." (QS al-Ankabut [29]: 64).

Kedua, dar al-qarar (tempat yang kekal). "Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara), dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal." (QS Ghafir [40]: 39).

Ketiga, dar al-jaza' (tempat pembalasan). "Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allahlah yang benar lagi yang menjelaskan (segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya)." (QS an-Nur [24]: 25).

Keempat, dar al-muttaqin (tempat yang terbaik bagi orang yang bertakwa). "Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: 'Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?' Mereka menjawab: '(Allah telah menurunkan) kebaikan.' Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik, dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa." (QS an-Nahl [16]: 30).

Dengan demikian, setelah manusia mengetahui akan hakikat kehidupan yang sebenarnya, mereka akan memberikan perhatian yang lebih besar pada kehidupan akhirat yang kekal daripada kehidupan dunia yang fana ini. Sebab, "Sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang." (QS ad-Dhuha [93]: 4).

Oleh karena itu, "Sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu. Mereka mengatakan: 'Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.' Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci, dan mereka kekal di dalamnya." (QS al-Baqarah [2]: 25). Wallahu a'lam




Hikmah Republika, 16 Maret 2011