Jumat, 02 Maret 2012

PEMUDA MEMBANGUN BANGSA

Oleh H Imam Nur Suharno MPdI
Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (SETIA) Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat

Pemuda memiliki andil besar dalam sejarah kebangkitan bangsa. Maju dan mundurnya sebuah bangsa tergantung pada kondisi para pemudanya saat ini. Jika mereka memiliki jiwa yang maju, jiwa besar, dan jiwa kepemimpinan, maka bangsa itu akan menjadi maju, menjadi besar dan akan mampu memimpin peradaban dunia.
Sebaliknya, jika pemudanya selalu menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, bahkan bertentangan dengan nilai-nilai moral dan agama, seperti mabuk-mabukan, tawuran, pornografi, pornoaksi, dan yang sejenisnya, maka masa depan bangsa itu akan terpuruk, bahkan akan hancur berkeping-keping.
Kini, pemuda namanya tercoreng akibat ulah segelintir oknum pemuda yang terlibat korupsi. Hendaknya masyarakat tidak terprofokasi dan kemudian menggeneralisir pemuda sebagai koruptor, padahal itu hanya ulah segelintir pemuda. Karena itu, sebaiknya masyarakat hendaknya lebih arif dalam menilai pemuda, lebih baik jika masyarakat turut andil dalam membimbing para pemuda agar mereka tidak terjerumus ke dalam kubangan yang menyengsarakan.
Harapan terhadap pemuda itu akan selalu ada. Pertanyaannya, sosok pemuda yang seperti apa yang dapat diharapkan dapat membangun negeri ini? Islam telah menyebutkan beberapa karakteristik pemuda yang dapat diandalkan guna membangun bangsa (peradaban).
Dalam Alquran digambarkan para pemuda Ashhabul kahfi sebagai sekelompok anak muda yang memiliki kekuatan integritas moral (iman). ”Mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (QS Al-Kahfi [18]: 13).
Dalam hadits disebutkan, Syabaabaka Qabla Haramika. Masa mudamu sebelum masa tuamu. Dari ayat dan hadits tersebut tampak bahwa masalah kepemudaan oleh Islam sangat ditekankan. Ditekankan karena tidak saja masa muda adalah masa berbekal untuk hari tua, melainkan juga di masa muda itulah segala kekuatan dahsyat terlihat. Dalam sejarah kita mengenal pemuda Mush’ab bin Umair, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan yang lainnya.
Karakteristik pemuda yang digambarkan oleh Islam itu adalah, pertama, pemuda yang selalu menyeru kepada alhaq (kebenaran). ”Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan.” (QS Al-A’raf [7]: 181).
Kedua, mereka mencintai Allah dan Allah pun mencintai mereka. ”Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Maidah [5]: 54).
Ketiga, mereka saling melindungi dan saling mengingatkan satu sama lain serta taat menjalankan ajaran agama. ”Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS At-Taubah [9]: 71).
Keempat, mereka adalah pemuda yang memenuhi janjinya kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman, ”(Yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian.” (QS Ar-Ra’d [13]: 20).
Kelima, mereka tidak ragu-ragu dalam berkorban dengan jiwa dan harta mereka untuk kepentingan Islam. ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS Al-Hujurat [49]: 15).
Keenam, pemuda yang (tumbuh) selalu beribadah kepada Allah dan hatinya senantiasa terpaut dengan masjid. Rasulullah SAW bersabda, ”Ada tujuan golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari tidak ada naungan selain naungan-Nya, (yaitu): pemimpin yang adil, pemuda yang (tumbuh) selalu beribadah kepada Allah, orang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, orang laki-laki yang senantiasa mengingat Allah (berdzikir kepada-Nya) dalam keseharian sampai air matanya mengalirkan, orang laki-laki yang diajak seorang wanita yang mulia lagi cantik lalu ia berkata, ”Aku takut kepada Allah yang menguasai seluruh alam”, dan orang laki-laki yang bersedekah dan menyembunyikan (amal) sedekahnya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan tangan kanannya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Melalui para pemuda dengan karakteristiknya yang dipaparkan di atas, Islam berhasil menyingkirkan segala macam bentuk kekuatan kedzaliman. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan dengan memberikan perhatian, bimbingan, dan kesempatan untuk berkiprah kepada para pemuda bangsa ini akan mampu bangkit kembali. Semoga.

•Radar Cirebon, Wacana, 28/2/2012

SYARAT MENUJU KEMENANGAN PEMILUKADA JABAR

Oleh H. Imam Nur Suharno, M.Pd.I.
Warga Jawa Barat, Kini Berdomisili di Kabupaten Kuningan

Kandidat para Calon Gubernur (Cagub) maupun Calon Wakil Gubernur (Cawagub) untuk Jawa Barat mulai ramai diperbincangkan. Mulai dari upaya saling dukung mendukung para calon yang gencar disuarakan hingga sampai pada berebut media cetak pun dilakukan sebagai upaya untuk menarik simpati masyarakat. Memang tidak salah, itu semua hak setiap orang untuk melakukan promosi diri.
Pemilihan kepala daerah menjadi sangat krusial karena menjadi momentum pergantian kepemimpinan daerah. Melalui pemilukada ini diharapkan terpilihnya pemimpin yang mampu melayani dan mengayomi masyarakat yang dipimpinnya, agar tercipta suasana kondusif serta pelayanan publik yang mudah dijumpai di Jawa Barat ini.
Menurut hemat penulis yang hanya sebagai rakyat biasa yang tinggal jauh dari pusat kota Jawa Barat, paling tidak ada enam syarat yang harus dipenuhi oleh para cagub/cawagub untuk dapat meraih kemenangan dalam pemilukada Jawa Barat tersebut, selain syarat finansial tentunya.
Pertama, sikap yang konsisten. Sikap konsisten ini lahir dari sikap percaya diri (optimis) yang kuat, memiliki integritas serta mampu mengelola emosi secara efektif. Pemimpin yang konsisten adalah pemimpin yang seluruh hidupnya ditempuh untuk jalan yang lurus. Konsisten adalah prinsip, dan pelanggaran terhadap prinsip berarti pengkhianatan pada cita-cita dan karenanya menghancurkan struktur karakteristik dirinya.
Kedua, memperbanyak doa. Doa adalah kekuatan tersembunyi yang tidak dapat ditangkap oleh akal manusia dan dapat terjadi secara tiba-tiba. Doa juga menjadi salah satu faktor penyebab di balik setiap keberhasilan yang dicapai. Hal ini sudah menjadi bukti sejarah sepanjang masa. DR. Alexis Carrel pernah berkata, ”Doa merupakan bentuk energi yang paling ampuh yang dapat dihasilkan sendiri oleh setiap orang. Karenanya, tambahlah energi kehidupan dengan memperbanyak doa. Oleh karena itu, dalam menghadapi pilkada pun para calon dan kader parpol tidak boleh berhenti untuk berdoa.
Ketiga, adanya ketaatan. Di antara faktor kekalahan umat Islam dalam perang Uhud adalah melemahnya ketaatan. Pada mulanya kaum Muslimin dapat memukul mundur pasukan musuh. Namun, karena tergiur dengan harta benda yang ditinggalkan musuh, pasukan kaum Muslimin kurang waspada dan tidak menghiraukan lagi gerakan musuh. Pasukan pemanah pun mulai meninggalkan pos-pos mereka. Melihat situasi seperti itu, panglima berkuda pasukan musuh memutar haluan dan balik menyerang pasukan kaum Muslimin. Pasukan pemanah kaum Muslimin berhasil dilumpuhkan dan pasukan infantri dapat dihancurkan musuh. Oleh karena itu, dalam pilkada para kader parpol dan tim sukses tidak boleh lengah ketika penghitungan suara menunjukkan kemenangan, justru para kader dan tim sukses harus tetap konsisten untuk tetap berada di posnya masing-masing guna mengawal kemenangan sampai KPUD mengumumkan secara resmi kemenangan tersebut.
Keempat, soliditas kader. Soliditas para kader merupakan salah satu faktor yang berkontribusi dalam pemenangan sebuah pemilukada. Dalam beberapa penyelenggaraan pemilukada menunjukkan bahwa kader-kader partai yang solid, walaupun bukan partai pemenang pemilu, mampu meraih kemenangan dalam pemilukada.
Kelima, sikap sabar. Seorang pemimpin harus mampu mengendalikan diri untuk senantiasa sabar walau harus berhadapan dengan resiko yang membahayakan. Sabar bukan berarti berhenti dari beraktifitas, justru sabar disini berarti usaha secara terus-menerus untuk mencari solusi yang terbaik guna meraih kemenangan. Berkaitan dengan pentingnya nilai sabar, ada kata-kata hikmah yang patut ditafakuri, ”Banyak orang yang sukses dengan sabar menghadapi penderitaan, namun gagal dalam menerima kesuksesan.” Artinya, kekalahan tidak selamanya disebabkan oleh adanya gangguan yang datang menimpa, namun bisa disebabkan oleh adanya ’euphoria’ kesuksesan yang dimilikinya sehingga lalai dalam menjalankan tugasnya secara efektif.
Dan keenam, memiliki integritas moral yang memadai. Seorang pemimpin harus teguh mempertahankan prinsip, tidak mau korupsi, dan nilai-nilai moral menjadi dasar yang melekat pada diri sendiri. Integritas bukan hanya sekedar bicara, pemanis retorika, tetapi juga sebuah tindakan. Integritas adalah satu kata dengan perbuatan, dia berkata jujur dan tentu saja tidak akan berbohong. Kejujuran berarti menyampaikan kebenaran, ucapannya sejalan dengan tindakannya. Jauh-jauh hari, pendiri pendidikan bangsa ini mengajarkan bahwa seorang pemimpin haruslah mampu (di depan) memberi contoh, (di tengah) memberi inspirasi, dan (di belakang) memberikan dorongan.
Merujuk itu semua, tampak bahwa posisi pemimpin Jawa Barat bukanlah posisi yang mudah, atau harus diisi oleh orang-orang yang populer (seperti para artis) atau individu-individu yang pandai berbicara. Pemimpin yang dibutuhkan saat ini dan ke depan adalah disamping pemimpin yang mampu melayani, juga pemimpin yang mampu merealisasikan harapan warganya, sehingga membawa perubahan ke arah yang lebih baik, bukan sebaliknya. Wallahu a’lam.


•Radar Cirebon, Wacana, 13/1/2012