Sabtu, 26 Juli 2008

Kuningan Menanti Pemimpin Yang Melayani

Tanggal 12 Oktober 2008 adalah hari Kabupaten Kuningan akan melaksanakan perhelatan demokrasi lokal. Hal ini menjadi penting karena tujuan awal berdirinya kabupaten ini adalah memperbaiki kinerja birokrasi, salah satunya adalah perbaikan pelayanan. Melalui pemilihan kepala daerah secara langsung diharapkan terpilihnya pemimpin yang mampu melayani agar tercipta suasana pelayanan publik yang mudah dijumpai di Kuningan ini.

Pertanyaannya sekarang, aspek apa yang diperlukan dalam melayani Kabupaten Kuningan? Paling tidak ada tiga aspek dalam melayani. Pertama, melayani dengan hati. Melayani harus dimulai dari dalam diri. Kepemimpinan sejati dimulai dari dalam hati, kemudian bergerak ke luar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Ciri dari pemimpin yang mampu melayani dengan hati adalah: (1) tujuan utama seorang pemimpin adalah melayani kepentingan orang-orang yang dipimpinnya. Orientasinya bukan untuk kepentingan pribadi maupun golongan, tetapi justru untuk kepentingan publik yang dipimpinnya. (2) memiliki kerinduan untuk membangun dan mengembangkan orang-orang yang dipimpinnya. (3) memiliki perhatian terhadap mereka yang dipimpinnya. Perhatian akan kebutuhan, kepentingan, dan harapan. (4) akuntabilitas, penuh tanggungjawab dan dapat diandalkan. Artinya, perkataan dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. (5) mau mendengar setiap kebutuhan dan harapan dari orang-orang yang dipimpinnya. (6) mampu mengendalikan ego dan kepentingan pribadinya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat. Karenanya, pemimpin sejati harus selalu dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri dan tidak mudah emosi.

Aspek kedua, melayani dengan kepala (pikiran). Ada tiga hal penting dalam melayani dengan pikiran: (1) memiliki visi yang jelas. (2) responsive. Artinya, seorang pemimpin harus senantiasa tanggap dalam setiap persoalan, kebutuhan, dan harapan dari orang-orang yang dipimpinnya. Juga selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan maupun tantangan yang dihadapi. (3) performance coach, menjadi pelatih atau pendamping bagi orang-orang yang dipimpinnya.

Dan aspek ketiga adalah melayani dengan tangan. Paling tidak ada empat perilaku yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang melayani dengan tangan: (1) pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpinnya, tetapi juga memiliki kerinduan untuk mengemban amanah dengan baik, karena kepemimpinan adalah beban, bukan kehormatan. (2) fokus pada hal-hal spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi. (3) mau belajar. (4) senantiasa menselaraskan dirinya terhadap komitmen untuk ibadah dan melayani sesamanya.

Selain kemampuan dalam melayani, seorang pemimpin harus juga memiliki kualitas di atas rata-rata dari mereka yang dipimpinnya. Kualitas itu menyangkut dalam hal keyakinan (iman), kepribadian (akhlak) dan keahlian memimpin atau skill of leadership. Kualitas tersebut haruslah menyatu dalam keseluruhan tindakan, sehingga kata sejalan dengan tindakan. Janji yang disampaikan pada saat kampanye akan direalisasikan setelah dirinya menjadi pemimpin. Kepemimpinan adalah amanah dan setiap amanah akan dimintai pertanggung jawabannya.

Kualitas secara operasional sebagaimana dikemukakan oleh Keith Davis adalah: (1) Kualitas intelegensia. Seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan yang relatif lebih daripada mereka yang dipimpinnya. (2) Kematangan dan keluasan pandangan sosial. Sehingga dengan kematangan tersebut diharapkan dapat mengendalikan keadaan, kerjasama sosial serta mempunyai keyakinan dan kepercayaan pada diri sendiri. (3) Mempunyai motivasi dan keinginan berprestasi. (4) Mempunyai kemampuan mengadakan hubungan sosial.

Lebih terperinci lagi George R. Terry menyebutkan delapan sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin (kepala daerah), yaitu: (1) Penuh energi, baik rohani maupun jasmani. (2) Mempunyai stabilitas dalam emosi dan perasaan. Artinya seorang pemimpin tidak boleh berprasangka atau berpikir apriori buruk tentang mereka yang dipimpinnya. (3) Berpengetahuan luas dalam hubungan sosial. (4) Keinginan untuk menjadi pemimpin harus menjadi daya pendorong yang muncul dari dalam dan tidak didesakkan dari luar. (5) Mahir dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. (6) Cakap. Artinya, pemimpin sejati harus bisa memberi semangat, mengembangkan, dan memajukan orang-orang yang dipimpinnya. (7) Mempunyai kemahiran di bidang sosial. Seorang pemimpin harus memiliki sifat suka menolong, senang jika orang lain maju, ramah dan dapat menghargai pendapat orang lain. (8) Mempunyai kecakapan teknis. Seorang pemimpin harus mampu merencanakan, mendelegasikan, mengambil keputusan, mengawasi dan meneliti.

Merujuk itu semua, tampak bahwa posisi Bupati Kabupaten Kuningan bukanlah posisi yang mudah diisi oleh orang-orang populer atau individu-individu yang hanya pandai berbicara. Pemimpin yang dibutuhkan saat ini dan ke depan adalah pemimpin yang mampu melayani, terlebih disertai keteladanan yang tulus dan konkret, tidak sebatas pada pemimpin tingkat atas, melainkan juga diikuti seluruh jajaran di bawahannya, sehingga dapat mengantarkan kepada suasana keramahan hidup. Wallahu a’lam.