Senin, 23 Mei 2011

ALTERNATIF KEGIATAN PASCA-UN

Oleh Imam Nur Suharno SPd MPdI
Direktur Pendidikan Yayasan Husnul Khotimah, Pengurus DPD Persatuan Guru Madrasah (PGM), Kuningan, Jawa Barat

”Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (Q.S. Asy-Syarh [94]: 7-8).
Hiruk pikut Ujian Nasional (UN) bagi siswa sekolah menengah atas (SMA)/ madrasah aliyah (MA)/ sekolah menengah kejuruan (SMK) dan sekolah menengah pertama (SMP)/ madrasah tsanawiyah (MTs) usai dilaksanakan. Kecemasan pun mulai mereda. Kini, tinggal menunggu hasilnya, lulus (L) atau tidak lulus (TL) karena UN 2011 tidak ada ujian ulangan. Tentu, dalam masa penantian inilah perasaan cemas akan tetap menghantui para siswa, orang tua, guru, bahkan kepala sekolah.
Secara fitrah, kecemasan dapat menimpa siapa saja. Namun, hanya orang-orang yang memiliki pemahaman tentang hakikat hasil atas usaha yang telah dilakukannya yang akan mampu mengelola kecemasan menjadi sebuah peluang kesuksesan berikutnya. Sebab, UN bukan akhir dari pendidikan, tetapi sebagai pintu pembuka untuk menggapai cita-cita. Tanpa UN, tidak akan bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Pasca UN, kadang pihak sekolah, terutama orang tua mengalami kecemasan baru. Kecamasan itu biasanya berkaitan dengan model kegiatan yang harus diberikan kepada anak, apalagi masa jeda antara pelaksanaan UN dan pengumuman hasil UN 2011 ini cukup panjang. Muncul pertanyaan, kegiatan apa yang seharusnya diberikan kepada anak (siswa) pasca-UN?
Menurut hemat penulis, ada beberapa kegiatan alternatif sebagai upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah dan orang tua guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diharapkan terjadi pada siswa pasca-UN.
Pertama, membaca doa Al-ma’tsurat pagi dan sore. Dalam Al-ma’tsurat terdapat doa penghilang kecemasan. Dari Abu Said Al-Khudri RA, berkata, ”Suatu hari Rasulullah melihat Abu Umamah sedang duduk-duduk sendirian di masjid, lalu beliau bertanya, ’Mengapa kamu duduk-duduk di masjid di luar waktu salat?’ Abu Umamah menjawab, ’Karena kecemasan yang melanda hatiku dan utang-utangku, wahai Rasulullah’.” Rasulullah bersabda, ”Bukankah aku telah mengajarimu beberapa bacaan, bila kau baca niscaya Allah akan menghilangkan rasa cemas dari dirimu dan melunasi utang-utangmu.” Abu Umamah berkata, ”Betul wahai Rasulullah.” Rasulullah bersabda, ”Ketika pagi dan sore ucapkanlah, ”Allahumma Inni A’udzubika Minal Hammi Wal Hazan, Wa A’udzubika Minal Ajzi Wal Kasal, Wa A’udzubika Minal Jubni Wal Bukhl, Wa A’udzubika Min Ghalabatid Daini Wa Qahrir Rijal.” (Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari rasa sesak dada dan kesedihan, dan aku berlindung pada-Mu dari ketidakberdayaan dan kemalasan, dan aku berlindung pada-Mu dari sifat pengecut dan kikir, dan aku berlindung pada-Mu dari problem keuangan dan tekanan orang lain. Lalu aku melakukan perintah tadi, maka Allah menghilangkan rasa cemas dari diriku).” (H.R. Abu Dawud).
Kedua, mengadakan pemantapan keimanan pasca-UN. Pemantapan lebih difokuskan pada kesiapan mental para siswa dalam menghadapi hasil akhir, lulus atau tidak lulus. Setelah usaha secara akademik dilakukan, disertai meditasi doa, hendaknya disempurnakan dengan meditasi tawakal sebagai upaya menyiapkan para siswa dalam menghadapi pengumuman UN. Takdir Ilahi-lah yang pada akhirnya menentukan, bukan karena kecerdasan serta kehebatan siswa dan para guru. Dia-lah yang Mahatahu yang terbaik untuk kita. Jika upaya ini dilakukan dengan baik, insya-Allah tidak akan terjadi kesalahan dalam mengekspresikan kelulusan, seperti ekspresi coret-coret baju, kebut-kebutan di jalan, dan mabuk-mabukan. Atau kesalahan dalam melampiaskan ketidaklulusan, seperti frustasi, stres, mengurung diri, dan bunuh diri.
Selain itu, yang perlu disiapkan siswa dalam menghadapi pengumuman UN adalah ekspresi syukur manakala hasilnya sesuai harapan (L), di antaranya dengan melakukan sujud syukur dan doa bersama. Dengan bersyukur ini akan mengantarkan siswa untuk meraih kesuksesan berikutnya, seperti kesuksesan dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bersyukur menjadi kunci pembuka meraih kesuksesan selanjutnya (Q.S. Ibrahim [14]: 7).
Sebaliknya, siswa pun dibekali dengan motivasi sabar. Artinya, siswa memiliki tahan uji dalam menghadapi hasil yang tidak sesuai dengan harapan (TL). Sabar akan menjadi obat penawarnya. Sabar bukan berhenti berusaha dan meratapi kegagalan, tetapi instrospeksi dan berusaha lebih baik agar kegagalan tidak terulang kembali (Q.S. Ali Imran [3]: 200). Walaupun tidak ada ujian ulangan, bagi siswa yang TL bisa mengkuti ujian paket B/C.
Ketiga, mengikuti bimbingan belajar (bimbel). Hal ini sebagai upaya persiapan siswa untuk masuk pendidikan ke jenjang berikutnya. Selain bimbel, siswa dapat mengikuti kursus bahasa Inggris, bahasa Arab, dan mata pelajaran lainnya. Hal itu dilakukan, selain sebagai upaya pembekalan siswa menghadapi seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) bagi siswa SMA/MA/SMK dan penerimaan peserta didik baru (PPDB) bagi siswa SMP/MTs, juga untuk mengendalikan siswa dari hal-hal yang tidak diharapkan selama masa menunggu hasil UN.
Keempat, memasukkan anak (siswa) ke lembaga pendidikan pesantren. Hal itu dilakukan sebagai alternatif untuk membekali siswa mendalami ilmu-ilmu agama, pembinaan akhlakul karimah, memperbaiki bacaan, menjaga, dan menambah hafalan Alquran, serta aktivitas lainnya. Dengan memasukkan anak ke pesantren, diharapan keluar dari pesantren, walaupun hanya beberapa pekan, akan membawa pengaruh terhadap pembentukan karakter anak.
Kelima, melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah sebagai upaya untuk mencari sekolah yang terbaik bagi anak. Sebab, memilih sekolah yang tepat bukanlah keputusan yang mudah bagi orang tua ataupun anak. Sedikitnya ada enam hal yang perlu dicermati, selain kecermatan dalam melihat biaya pendidikan, yaitu mengetahui visi dan misi sekolah, kurikulum pembelajaran yang digunakan, kualitas guru sebagai arsitek peradaban, sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, lingkungan sekolah yang nyaman, dan prestasi (output) sekolah.
Tentu, kegiatan alternatif tersebut dapat terlaksana dengan baik jika ada kemauan dari semua pihak terutama anak (siswa) dan orang tua siswa. Semoga.

* Pikiran Rakyat, Opini, Jumat, 29 April 2011