Rabu, 07 Oktober 2009

MENUJU PERUBAHAN

Oleh Imam Nur Suharno SPd MPdI
Kepala MTs Husnul Khotimah Kuningan

Ramadhan, bulan yang selalu ditunggu oleh umat Islam. Bulan yang sebagian orang menyebutnya sebagai bulan panen raya. Sebab, pada bulan ini, segala amal kebajikan pahalanya dilipatgandakan, sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat.
”Semua amalan anak Adam akan dilipatgandakan (balasannya): satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat.” Allah berfirman, ”Kecuali puasa, sesungguhnya ia untuk-Ku, dan Aku yang langsung membalasnya. Hamba-Ku telah meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku.” (HR Muslim).
Puasa merupakan salah satu latihan terbaik untuk membentuk pribadi Muslim yang bertakwa. Karena itu, puasa tidak hanya diwajibkan atas umat Nabi Muhammad SAW, tetapi diwajibkan pula atas umat-umat sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa puasa merupakan sarana yang efektif untuk membentuk pribadi-pribadi yang bertakwa.
Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS Albaqarah [2]: 183).
Dengan ketakwaan, seseorang mampu menghadirkan Allah dalam setiap aktivitas dan perilakunya (muraqabatullah). Melalui muraqabatullah ini, orang akan terbimbing dari perilaku tercela, seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme. Karena itu, orang yang bertakwa mendapatkan kemuliaan di sisi Allah SWT. (QS Alhujurat [49]: 13).
Keberhasilan orang yang berpuasa bukan dilihat dari aktifitasnya selama Ramadhan, tetapi sejauhmana ia dapat mengimplementasikan nilai-nilai Ramadhan pada sebelas bulan berikutnya. Karena itu Ramadhan merupakan start menuju perubahan dalam berbagai sisi kehidupan, baik dalam skala individu, keluarga maupun masyarakat. Perubahan secara vertikal maupun horizontal. Perubahan menuju perbaikan dalam pelbagai dimensi kehidupan adalah keniscayaan.
Saat berpuasa, misalnya, kita dilarang melakukan hal-hal yang hakikatnya halal bila dilakukan pada siang hari selain Ramadhan, seperti makan dan minum, maka usai Ramadhan kita harus komitmen untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang jelas asal usulnya.
Saat berpuasa dianjurkan untuk menghindari setiap perkataan kotor, maka usai Ramadhan kita harus komitmen dengan ucapan yang baik dan berusaha menjauhi segala bentuk permusuhan dan menyakiti orang lain. Saat berpuasa dilatih untuk berinfak, maka usai Ramadhan kita harus komitmen untuk peduli terhadap mereka yang membutuhkan pertolongan.
Saat berpuasa dilatih untuk disiplin dengan sahur dan berbuka pada waktu yang telah ditentukan, maka usai Ramadhan kita harus komitmen untuk senantiasa disiplin waktu, dan begitu seterusnya.
Dengan demikian, Ramadhan berpotensi untuk memberikan warna perubahan ke arah yang lebih baik. Dari rahim Ramadhan ini lahirlah manusia-manusia baru sebagaimana disabdakan oleh Kanjeng Nabi Muhammad SAW, ” ”Barangsiapa berpuasa dengan niat mencari pahala dari Allah SWT, maka ia keluar dari bulan ramadhan sebagaimana bayi baru lahir.”
Oleh sebab itu, harapan terbesar setiap Muslim adalah diterimanya amal ibadah selama Ramadhan, baik ibadah yang bersifat individu, maupun ibadah yang bersifat sosial.

* Radar Cirebon, Tausiyah, Selasa, 15 September 2009.

Tidak ada komentar: