Senin, 15 Maret 2010

MENGENDALIKAN STRES JELANG UJIAN NASIONAL

Oleh Imam Nur Suharno, S.Pd., M.Pd.I.

"Kita, orang tua yang cemas. Saya lihat anak saya malah tenang-tenang saja," kata seorang ibu di salah satu sekolah menengah pertama negeri (SMPN) di Kota Bandung. Beberapa orang tua lainnya mengangguk, tanda menyetujui pernyataan itu

perkiraan itu tidak sepenuhnya benar. Dalam kesempatan lain, ketika ditanyakan langsung pada anaknya tentang apa yang dirasakan menjelang ujian. "Iih... deg-degan sekali... kepikiran gimana kalau enggak lulus? Kebayang pasti malu sama teman-teman, belum lagi kalau dimarahin papa mama, stres gitu," kata seorang anak. ("PR" 28/2).

Begitulah, pemandangan menjelang Ujian Nasional (UN). Kecemasan menjelang UN tidak hanya dirasakan oleh para orang tua dan anak, tetapi dirasakan pula oleh para kepala sekolah dan guru, terutama guru mata pelajaran yang di-UN-kan. Oleh karena itu, jika hal ini dibiarkan maka akan melahirkan stres. Dan, stres pada tingkatan tertentu dapat mengakibatkan kegilaan dan ketidakwarasan.

Pertanyaannya, apakah stres dapat dikendalikan? Nabi Muhammad saw. sebagai sosok manusia yang berjiwa besar, dalam rangka pengendalian stres sampai berjuang keras melalui doa sekaligus evaluasi harian setiap pagi dan sore yang berlindung kepada Allah SWT dan selalu mawas dari delapan pangkal penyakit mental yang menjadi sumber stres, yaitu: (1) obsesi/pikiran yang mengganggu (hamm); (2) kesedihan (huzn); (3) ketidakberdayaan (`ajz), (4) kemalasan/kurang motivasi (kasal); (5) kekikiran (bukhl); (6) ketakutan (jubn); (7) problem keuangan (ghalabat dain); dan (8) tekanan orang lain (qohrir rijal).

Dari Abu Said Al-Khudri RA, berkata, "Suatu hari Rasulullah saw. masuk masjid, tiba-tiba beliau bertanya, mengapa kamu duduk-duduk di masjid di luar waktu salat?" Abu Umamah menjawab, "Karena kecemasan yang melanda hatiku dan utang-utangku, wahai Rasulullah." Rasulullah bersabda, "Bukankah aku telah mengajarimu beberapa bacaan, bila kau baca niscaya Allah akan menghilangkan rasa cemas dari dirimu dan melunasi utang-utangmu." Abu Umamah berkata, "Betul wahai Rasulullah." Rasulullah bersabda, "Ketika pagi dan sore ucapkanlah: Allahumma Inni A`udzubika Minal Hammi Wal Hazan, Wa A`udzubika Minal Ajzi Wal Kasal, Wa A`udzubika Minal Jubni Wal Bukhl, Wa A`udzubika Min Ghalabatid Daini Wa Qahrir Rijal" Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari rasa sesak dada dan kesedihan, dan aku berlindung pada-Mu dari ketidakberdayaan dan kemalasan, dan aku berlindung pada-Mu dari sifat pengecut dan kikir, dan aku berlindung pada-Mu dari problem keuangan dan tekanan orang lain. Lalu aku melakukan perintah tadi, maka Allah menghilangkan rasa cemas dari diriku." (HR Abu Dawud).

Dr. Setiawan Budi Utomo Lc. M.A., dalam artikelnya yang berjudul "Manajemen Stres Membangun Karakter Tangguh", memberikan beberapa panduan ruhiyah sebagai terapi efektif untuk pengendalian stres, di antaranya: perbanyak salat sunat dengan khusyuk; menghayati dan mengambil wisdom asmaul husna (nama-nama mulia Allah); merawat kondisi bersuci; tadabbur Alquran; membaca kisah-kisah teladan dan success stories yang pernah terjadi setelah mengalami kegagalan; relaksasi jiwa dan kontemplasi dengan zikir bebas dan tafakur yang dapat dilakukan pula dengan pengolahan pernafasan; rekreasi; olah raga; manajemen istirahat yang baik; canda dan humor yang sehat; dan membaca buku dan mengobrol yang bermanfaat.

Tentu, untuk mencapai keberhasilan dalam upaya pengendalian stres menjelang UN ini perlu didukung dengan kekhusyukan, keikhlasan, dan kepasrahan total dalam menjalani rangkaian proses di atas agar secara perlahan dapat memperbaiki cara berpikir menjadi lebih positif atau positive thinking. Wallahualam.***

Penulis, Kepala MTs. Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat.


dimuat di PR edisi 15 Maret 2010

Tidak ada komentar: