Kamis, 09 Desember 2010

MENGATASI JENUH DALAM BELAJAR

Oleh Imam Nur Suharno SPd MPdI

Belajar tidak selamanya menyenangkan. Dalam kondisi tertentu, saat belajar kadang muncul rasa bosan (boring). Kebosanan ini tak hanya menimpa siswa yang sudah lama belajar. Tetapi siswa yang baru masuk pun bisa mengalami hal yang serupa. Kebosanan bisa timbul karena belajar yang monoton, tekanan dalam belajar, ada masalah pribadi dengan teman dan masih banyak lagi. Karena kebosanan ini, kadang terbersit keinginan untuk pindah sekolah.
Pindah sekolah bukanlah solusi efektif. Sebab, kebosanan merupakan penyakit yang biasa menyerang para pelajar. Rasa bosan ini bisa terjadi kapan dan di mana saja. Jika kebosanan sudah menyerang biasanya lahir ketidakberdayaan dan kemalasan. Karena itu, Rasulullah SAW mengajarkan doa, ”Allahumma Inni A’udzubika Minal Hammi Wal Hazan, Wa A’udzubika Minal Ajzi Wal Kasal, Wa A’udzubika Minal Jubni Wal Bukhl, Wa A’udzubika Min Ghalabatid Daini Wa Qahrir Rijal” Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari rasa sesak dada dan kesedihan, dan aku berlindung pada-Mu dari ketidakberdayaan dan kemalasan, dan aku berlindung pada-Mu dari sifat pengecut dan kikir, dan aku berlindung pada-Mu dari problem keuangan dan tekanan orang lain.” (HR Abu Dawud).
Untuk memacu semangat tinggi dalam belajar perlu ditumbuh kembangkan dalam hati sanubari guna pengendalian boring tersebut. Pertama, nikmati suasana belajar sepenuh hati. Rasa bosan dalam belajar bisa dilawan dengan cara belajar untuk menikmati suasana belajar. Jangan sampai tubuh kita berada dalam kelas, tetapi pikiran berada di luar kelas. Penulis mengistilahkan ”Wujuduhu Kaadamihi” Adanya seperti tidak adanya. Jika hal ini terus berkembang akan menyebabkan ketertinggalan pelajaran. Pada akhirnya melahirkan ketidakbetahan dalam belajar. Dan ujung-ujungnya adalah pindah sekolah.
Kedua, memiliki rasa percaya diri. Rasa percaya diri adalah sumber energi untuk terus memusatkan perhatian pada pelajaran. Dan perlu menanamkan keyakinan mampu mempelajari dan mengerjakan berbagai sulitnya pelajaran yang dihadapi. Keyakinan ini akan membuat diri untuk bekerja keras. Hambatan dan kesulitan dalam belajar itu biasa, karenanya, teruslah belajar. Sebab, setumpul-tumpulnya pisau jika diasah terus-menerus akan tajam juga.
Ketiga, memiliki tujuan belajar yang jelas hendak dicapai. Dalam upaya memusatkan perhatian pada pelajaran, dituntut untuk membuat tujuan yang jelas dari pelajaran yang hendak dipelajari. Tujuan gunanya sebagai pedoman atau target yang hendak dikuasai. Dengan adanya tujuan yang hendak dicapai pasti siswa akan terpandu untuk memusatkan perhatian secara intensif pada pelajaran. Oleh karena itu, tujuan hendaknya dibuat dengan target yang besar, yang jauh ke depan, agar yang kecil-kecil atau yang dekat-dekat akan mudah diraih. Permisalan, jika kita membeli kambing, pasti akan memperoleh tambangnya. Jika membeli tambang, belum tentu dapat kambingnya. Tanamlah padi, pasti akan tumbuh rumput di sekitarnya. Dan jangan harap akan tumbuh padi bila kita menanam rumput.
Keempat, tanamkan cita-cita dari awal. Setiap siswa pasti memiliki cita-cita. Tentu dengan cita-cita ini akan memacu untuk belajar dengan tekun dan ulet. Karena dalam hati telah terpatri suatu harapan besar yang hendak dicapai. Dengan adanya cita-cita yang tertanam dalam hati tentu akan dapat memusatkan perhatian pada pelajaran yang dihadapi. Sebab, tanpa memusatkan perhatian pada pelajaran berarti cita-cita tidak akan bisa diraih.
Kelima, belajar dari pengalaman, baik pengalaman diri maupun orang lain. Pengalaman dari diri bisa berupa melakukan evaluasi terhadap kekurangan dan kesalahan diri sehingga bisa diperbaiki dikemudian hari. Sedangkan belajar melalui pengalaman orang lain bisa dengan mengambil hal-hal positif sebagai penunjang keberhasilan.
Keenam, hindari berpikir negatif. Pusatkan perhatian pada pelajaran sekarang. Jangan terlalu menghiraukan penilaian orang lain. Yang harus dilakukan adalah melakukan upaya terbaik sehingga bisa merasakan suatu kegembiraan karena telah mampu menyelesaikan pelajaran dengan baik.
Oleh karena itu, tidak bijaksana jika membiarkan anak didik terus menerus dalam kebosanan. Untuk itu, tugas guru untuk membimbingnya saat di sekolah, dan tugas orangtua saat di rumah. Dengan demikian, bila kemauan belajar telah bangkit, tentu berbagai kesulitan dalam belajar seperti rasa jemu, rasa bosan dan mengantuk akan segera sirna. Semoga.
* Tribun Jabar, Suluh, 30/11-2010

Tidak ada komentar: