Rabu, 16 Juni 2010

Cermat Memilih Sekolah

Oleh Imam Nur Suharno SPd MPdI
Direktur Pendidikan Yayasan
Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat

Setiap menjelang tahun ajaran baru, rasa cemas dan bingung selalu menghantui para orang tua. Mereka bingung memilih sekolah yang tepat. Sebagai orang tua tentu ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anak. Harapannya, sekolah yang dipilih mampu menjadi tempat mengembangkan kemampuan anak secara optimal sehingga menjadi manusia yang paripurna (insan kamil).

Dalam menentukan pilihan sekolah, orang tua hendaknya melibatkan anak sebab anaklah yang nanti menjalani sekolah. Dengan melibatkan anak, diharapkan anak menjadi betah dan siap untuk belajar di lingkungan sekolah barunya.

Betah merupakan kunci keberhasilan dalam belajar di sekolah. Anak yang cerdas, tetapi tidak betah tidak akan mampu berkonsentrasi dalam belajar. Sebaliknya, anak yang biasa-biasa saja dari sisi kecerdasan bila betah akan mampu berprestasi.

Memilih sekolah yang tepat bukanlah keputusan yang mudah bagi orang tua ataupun anak. Sedikitnya ada enam hal yang perlu dicermati, selain kecermatan dalam melihat biaya pendidikan.

Pertama, mengetahui visi dan misi sekolah. Sekolah yang memiliki kualitas baik tentu memiliki visi dan misi yang jelas, terukur, dan realistis. Dari visi dan misi dapat terlihat bagaimana orientasi tujuan dan profil output yang dihasilkan. Oleh karena itu, untuk mengetahui visi dan misi tersebut, orang tua dapat melihat di brosur, buku profil, papan nama, atau media publikasi yang digunakan oleh sekolah.

Kedua, kurikulum pembelajaran. Dari kurikulum dapat diketahui pola perencanaan pembelajaran yang menyangkut semua kegiatan yang dilakukan dan dialami anak didik dalam perkembangannya. Meskipun penerapan kurikulum sudah diatur dan diseragamkan melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pihak sekolah dapat melakukan modifikasi yang disesuaikan dengan kondisi sekolah, lingkungan, dan kebutuhan masyarakat.

Oleh karena itu, orang tua harus jeli dan teliti dalam memilih sekolah dari sisi kurikulum, terutama menyangkut porsi pendidikan agama dan akhlakul karimah yang diterapkan di sekolah. Sebab, melalui pendidikan agama dan akhlakul karimah yang cukup diharapkan mampu membentuk anak didik yang tidak hanya cerdas secara intelektual (intellectual quotient), tetapi juga cerdas secara emosional (emotional quotient), dan spiritual (spiritual quotient).

Ketiga, kualitas guru. Keberhasilan proses pendidikan tidak dapat dilepaskan dari keberadaan guru. Guru tidak sekadar menyampaikan ilmu. Guru merupakan arsitek peradaban. Jika salah dalam mendidik, berarti ia telah salah dalam membentuk peradaban.

Dalam Peraturan Pemerintah No 16 Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Guru, disebutkan guru harus memiliki empat kompetensi; kompetensi pedagogik; kompetensi pribadi; kompetensi sosial; dan kompetensi profesional.

Keempat, sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. Sarana dan prasarana pendidikan merupakan komponen penting bagi terlaksananya pendidikan. Karena dianggap penting, pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menentukan standar sarana pendidikan dengan maksud, agar sekolah yang memenuhi standar itu akan menghasilkan lulusan yang berkualitas.

Sarana dan prasarana tersebut meliputi ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

Kelima, lingkungan sekolah. Di antara yang juga perlu dipertimbangkan dalam menentukan pilihan sekolah adalah kondisi lingkungan yang kondusif, nyaman, asri, teduh, tenang, tertib, bersih, dan jauh dari keramaian. Suasana lingkungan yang memadai akan menjadikan anak didik serasa dalam surga. Sekolahku adalah surgaku. Dengan demikian, anak didik akan semakin betah berlama-lama di sekolah.

Keenam, prestasi (output) sekolah. Sekolah yang baik, selain unggul di proses, juga unggul pada hasil (output). Oleh karena itu, yang paling mudah untuk menilai apakah sekolah tersebut baik atau tidak, berkualitas atau tidak, lihatlah alumninya. Keberhasilan alumni dapat diukur dari lulusan sekolah diterima di sekolah lanjutan yang kualitasnya baik, memiliki life skill yang cukup, dan yang tidak kalah pentingnya adalah sikap dan perilakunya di tengah-tengah masyarakat.

Terakhir, "Ajarilah anak-anakmu, bukan dalam keadaan yang serupa denganmu. Didiklah dan persiapkanlah anak-anakmu untuk suatu zaman yang bukan zamanmu. Mereka akan hidup pada suatu zaman yang bukan zamanmu." (Ali bin Abi Thalib). Dengan demikian, cermat dalam memilih sekolah merupakan langkah awal dalam membentuk generasi mendatang. Wallahu a'lam.






[Akademia Republika,Guru Menulis Edisi Rabu, 16 Juni 2010]

Selasa, 08 Juni 2010

Membangun Solidaritas untuk Palestina

Oleh Imam Nur Suharno

Aksi solidaritas untuk Palestina kembali dikobarkan setelah kebrutalan tentara Israel atas relawan kemanusiaan di kapal Mavi Marmara, Senin (31/5) lalu. Kebrutalan Israel itu telah mengundang kecaman dunia internasional. Karena itu, menjadi kewajiban semua pihak untuk membantu rakyat Palestina mengembalikan hak-haknya.

Secara kelembagaan, Indonesia telah memberikan bantuan pada Palestina berupa pendirian rumah sakit di Jalur Gaza senilai Rp 20 miliar. Presiden Yudhoyono menyatakan Indonesia siap memberikan bantuan kemanusiaan dalam bentuk apa pun kepada Palestina jika dibutuhkan. (Republika Online, 31/5).

Dan, secara individu, kewajiban bagi setiap Muslim untuk membantu Palestina (QS Al-Anfal [8]: 72). Karena itu, Syekh Abdul Khaliq Asy-Syarif menyebutkan sepuluh kewajiban individu Muslim membantu kaum Muslimin Palestina. Pertama, menegakkan agama Allah dalam diri kita dengan cara komitmen dengan hukum-hukum Allah, menegakkan kewajiban dan syiar-syiar Islam dalam diri kita, rumah tangga, dan lingkungan sekitar.

Kedua, membaca doa qunut nazilah dalam setiap shalat dan secara khusus pada shalat malam. Ketiga, menumbuhkan ikatan emosional persaudaraan antarsesama Muslim. "Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara." (QS Al-Hujurat: 10).

Rasulullah SAW menegaskan, "Perumpamaan orang-orang mukmin di dalam persahabatan dan rasa kasih sayangnya seperti tubuh yang satu. Apabila salah satu anggota tubuh itu sakit, maka semua anggota tubuh yang lain merasakan sakit." (HR Bukhari dan Muslim).

Keempat, berjihad dengan harta. Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang membekali seorang mujahid untuk berperang di jalan Allah, maka sungguh ia telah ikut berperang, dan barangsiapa yang menjadi penanggung jawab yang baik (terhadap harta dan keluarga mujahid), maka sungguh ia telah ikut berperang." (HR Bukhari Muslim).

Kelima, menyebarkan permasalahan Palestina ke seluruh lapisan masyarakat supaya mereka sadar bahwa permasalahan negara tersebut merupakan permasalahan umat Islam. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang tidak peduli dengan urusan kaum Muslimin, maka ia bukan termasuk golongan mereka." (HR Thabrani).

Keenam, mengenalkan permasalahan Palestina kepada para generasi muda bahwa agresi Israel terhadap Palestina merupakan bentuk penjajahan terhadap umat Islam. Ketujuh, memboikot produk-produk Yahudi dan sekutunya.

Kedelapan, berpartisipasi positif dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina. Kesembilan, menggunakan nama para syuhada menjadi nama-nama jalan dan nama anak-anak. Dan kesepuluh, meningkatkan ruhul jihad dalam jiwa.

Untuk itu, marilah kita merapatkan barisan (shaf) dan bergandengan tangan dalam menyelesaikan setiap permasalahan umat, termasuk permasalahan yang terjadi di Gaza, Palestina. Wallahu A'lam.




Hikmah Republika, edisi Selasa, 08 Juni 2010