Kamis, 04 Desember 2008

TIPOLOGI IBADAH HAJI

Oleh Imam Nur Suharno

“Akan datang suatu masa yang dialami manusia yaitu: orang kaya dari umatku yang melaksanakan ibadah haji (niatnya) karena wisata, orang kalangan menengah (niatnya) karena berdagang, orang kalangan ahli pengetahuan (niatnya) karena ria dan sum’ah, dan kaum fakir di antara mereka (niatnya) karena untuk meminta-minta.” (HR Ibnu Jauzy).
Hadits di atas menjelaskan tentang tipologi orang-orang yang menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Pertama, ibadah haji untuk wisata. Yaitu orang-orang yang diberikan kecukupan harta, kemudian ia melaksanakan ibadah haji dengan tujuan wisata ke tanah suci. Sehingga ibadah haji yang dilaksanakan tidak berpengaruh terhadap perbaikan pribadi, keluarga dan masyarakatnya, melainkan agar masyarakat menilainya sebagai orang yang kaya.
Kedua, ibadah haji untuk berdagang. Yaitu orang-orang dari kalangan menengah yang menunaikan ibadah haji dengan tujuan utamanya untuk berdagang. Sehingga aktifitasnya di tanah suci lebih banyak pada aktifitas berdagang daripada ibadah kepada Allah SWT. Orientasinya adalah untung dan untung.
Ketiga, ibadah haji karena ria dan sum’ah. Yaitu para ahli pengetahuan yang melaksanakan ibadah haji hanya sekedar untuk mengejar gelar haji, sehingga sepulang dari tanah suci dipanggil pak haji atau bu haji.
Keempat, ibadah haji untuk meminta-minta. Yaitu orang-orang dari kalangan kaum fakir yang berangkat ke tanah suci dalam rangka untuk mengharap belas-kasihan orang lain, dengan harapan sekembalinya dari tanah suci dapat mengumpulkan harta yang cukup. Dan aktifitas meminta-minta ini menjadi profesi tahunan baginya.
Sedangkan tipologi ibadah haji yang akan mendapatkan predikat haji mabrur adalah ibadah haji yang dilaksanakan dengan penuh keimanan dan keikhlasan semata-mata karena Allah SWT. Tipologi seperti inilah yang dijamin oleh Allah SWT dengan surga sebagaimana sabda Rasulullah SAW, ”Tidak ada balasan bagi haji mabrur melainkan surga.” (HR Imam Bukhari dan Muslim).
Menurut Imam Nawawi dalam syarah Muslim, ”Haji mabrur ialah haji yang tidak dikotori dosa, atau haji yang diterima Allah SWT, yang tidak ada riya, tidak ada sum’ah, rafats (perkataan kotor) dan tidak fusuq.”
Kemabruran ibadah haji tidak ditentukan oleh penilaian masyarakat atau orang lain. Akan tetapi sejauhmana ia mampu memberikan teladan bagi keluarga dan masyarakatnya. Ia akan berusaha untuk menjadi bagian yang dapat menyelesaikan masalah, bukan bagian dari masalah itu sendiri.
Dalam sebuah haditsnya Rasulullah SAW bersabda, ”Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain.” Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar: