Rabu, 22 April 2009

The Golden Theacher

Republika
Rabu, 22 April 2009 pukul 00:21:00

Imam Nur Suharno, Kepala MTs Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat


Banyak siswa atau orang tua yang mengeluhkan model guru memberikan pembelajaran. Mereka menganggap, sebagian besar guru cenderung mengajar secara monoton dan otoriter. Alhasil, murid kerap merasa takut dan bosan.

Jika seorang guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dapat mengundang perhatian siswa dan dirasakan menyenangkan, hal ini justru bisa membuat apa yang disampaikan lebih efektif. Murid pun bisa dengan mudah menerima materi tersebut serta akan mengikutinya dengan sangat menyenangkan.

Kreatifitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran. Guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas tersebut. Kreatifitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan ciri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreatifitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.

Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik. Dengan demikian, peserta didik akan menilainya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreatifitas menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya.

Guru harus berpacu dalam pembelajaran. Dengan memberikan kemudahan belajar bagi peserta didik, secara tidak langsung ia juga dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, profesional dan menyenangkan. Untuk itu, guru bisa mengambil posisi dan berperan sebagai : Pertama, orang tua. Dalam posisi ini, guru akan berperangpenuh kasih sayang pada peserta didiknya. Kedua, sebagai teman. Disini, guru akan menjadi tempat mengadu dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik.

Ketiga, sebagai fasilitator. Disini, guru akan selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan dan bakatnya. Keempat, memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya. Kelima, memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab.

Keenam, membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan dengan orang lain secara wajar. Ketujuh, mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain, dan lingkungannya. Kedelapan, mengembangkan kreatifitas. Dan kesembilan, siap membantu ketika diperlukan.Di luar itu semua, ada hal lain yang tak kalah pentingnya bagi seorang guru agar mampu memikat hati peserta didik. Hal itu adalah seorang guru harus penuh perhatian, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW.

Diceritakan, saat Rasulullah SAW sedang lewat rumah putrinya, beliau mendengar suara Husain menangis. Beliau lantas singgah sebentar di rumah putrinya untuk mengingatkan putrinya dengan berkata, ''Hai Fatimah, apa kamu tidak mengerti bahwa tangis anak itu sangat menyedihkan hatiku.''

Tak jarang anak didik merasa sedih dan bahkan menangis saat berada dalam kelas. Guru yang penuh perhatian akan dapat menanyakan perasaannya dan mencari tahu akar masalah yang dihadapi si murid. Dengan bertanya, mungkin murid itu akan menceritakan masalahnya sehingga guru berpeluang untuk membantu memecahkan masalahnya. Dengan begitu ia akan segera menghentikan kesedihannya.

Dengan posisi dan peran-peran tersebut, jika bisa dilaksanakan dengan baik, hasilnya, guru yang mampu memikat hati anak didik, mereka akan selalu dikenang dan dinanti kehadirannya dalam setiap kegiatan belajar mengajar. Bahkan, guru akan menjadi The Golden Teacher di mata anak didik. Wallahu a’lam.

1 komentar:

yanagiba mengatakan...

Wah bener banget tu pak.
seperti yg tertulis di buku the golden teacher karangan pak sulung. inspiratif !!