Minggu, 24 Agustus 2008

Puasa Membentuk Manusia Baru

Puasa tidak hanya diwajibkan atas umat Nabi Muhammad SAW, tapi diwajibkan pula atas umat-umat sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa puasa merupakan sarana efektif untuk membentuk pribadi-pribadi yang bertakwa, yakni pribadi yang mampu menghadirkan Allah SWT dalam setiap aktivitas dan perilakunya.

Puasa di bulan ramadhan bisa diibaratkan sekolah khusus yang ajaran barunya selalu dibuka setiap tahun dengan tujuan pendidikan praktis dalam menyerap nilai-nilai yang paling tinggi. Barangsiapa memasukinya untuk mendapatkan karunia Ilahi, kemudian ia berpuasa sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, lalu ia dapat melakukan ibadah tambahan sesuai yang telah disyariatkan, maka ia akan lulus dengan menyandang gelar muttaqin. Dengan gelar muttaqin orang akan mendapatkan jaminan ampunan dari Allah SWT dan terbebas dari api neraka.

Rasulullah SAW menegaskan, “Barangsiapa berpuasa ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah SWT, niscaya Allah mengampuni dosanya yang telah lalu. Dan barangsiapa melakukan amal ibadah tambahan (sunah) di bulan ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah SWT, maka ia akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari Muslim).

Syaikh Ahmad Musthofa Al-Maraghi dalam tafsinya mengatakan, ada beberapa sisi puasa yang dapat mengantarkan manusia untuk meraih gelar muttaqin. Pertama, puasa membiasakan seseorang takut kepada Allah SWT, karena orang yang sedang dalam melaksanakan puasa tidak ada yang mengontrol dan melihat kecuali Allah SWT.

Kedua, puasa mampu menghancurkan tajamnya syahwat dan mengendalikan nafsu sebagaimana sabda Rasulullah SAW, ”Wahai para pemuda barangsiapa yang mampu untuk menikah maka menikahlah, sesungguhnya nikah itu bisa menahan pandangan dan menjaga kemaluan, dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah berpuasa, karena puasa itu sesungguhnya bisa mengendalikan syahwat.”

Ketiga, puasa membiasakan seseorang untuk berkasih sayang dengan yang lain. Membiasakan untuk selalu berkurban dan bersedekah. Di saat ia melihat orang lain serba kekurangan, maka tersentuhlah hatinya untuk berbagi kepadanya. Ia merasa lapar dan menderita seperti yang sering dirasakan fakir miskin atau seperti yang dikatakan Ibnu Qayyim, ”Puasa dapat mengingatkan bagaimana rasanya perut keroncongan dan dahaga yang membakar dan sering dirasakan para fakir miskin.”

Keempat, puasa membiasakan keteraturan dalam hidup, yaitu orang yang berpuasa akan berbuka pada waktu yang sama, dan tidak ada yang lebih dulu karena kehormatan, atau jabatan, misalnya.

Kelima, adanya persamaan antara yang miskin dan kaya, antara penguasa dan biasa, tidak ada perbedaan dalam melaksanakan kewajiban agama. Berikutnya, keenam, puasa dapat menghancurkan sisa-sisa makanan yang mengendap dalam tubuh, utamanya pada orang yang mempunyai kebiasaan makan dan sedikit kegiatan.

Ketujuh, puasa dapat membersihkan jiwa, karena puasa pada hakikatnya adalah memutus dominasi syahwat. Syahwat bisa kuat dengan makan dan minum, dan setan selalu datang melalui pintu-pintu syahwat. Maka dengan berpuasa syahwat dapat dipersempit geraknya. Terakhir, kedelapan, puasa membentuk manusia baru, Rasulullah SAW bersabda, ”Barangsiapa berpuasa dengan niat mencari pahala dari Allah SWT, maka ia keluar dari bulan ramadhan sebagaimana bayi baru lahir.” Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar: