Jumat, 29 Agustus 2008

Puasa Membentuk Pribadi Takwa

Secara etimologi puasa berarti menahan atau menahan sesuatu dan meninggalkan. Dikatakan, kuda berpuasa ketika tidak mau berjalan, dan angin berpuasa ketika tidak mau bertiup atau berhembus. Dalam syair dikatakan, ”Kuda berpuasa (tidak mau berjalan) dan kuda yang lain tidak berpuasa, tidak menahan (mau berjalan)”.

Sedangkan secara terminologi syari’ah, puasa adalah seorang mukallaf menahan diri dengan niat mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari, menahan dari makan dan minum, berhubungan suami-istri, dan muntah-muntah; atau menahan diri dari makanan, minuman dan berhubungan seksual, disertai dengan niat mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari dan sempurnanya dengan menjauhi yang haram dan tidak terjerumus dalam hal-hal yang haram; atau menahan segala sesuatu yang membatalkan puasa dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari.

Ibadah puasa termasuk ibadah yang paling utama. Salah satu keutamaannya adalah ibadah puasa telah diwajibkan Allah SWT kepada semua umat manusia sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2] : 183).

Dari ayat di atas, Allah SWT menyatakan bahwa tujuan yang ingin dicapai dari ibadah puasa adalah untuk membentuk pribadi-pribadi yang bertakwa, yakni pribadi yang mampu menghadirkan Allah SWT dalam setiap aktivitas dan perilakunya. Dengan kehadiran Allah SWT dalam setiap aktivitas dan perilakunya, maka orang tersebut akan senantiasa terbimbing dari perbuatan-perbuatan yang dilarang-Nya.

Ada beberapa karakteristik yang menonjol pada pribadi yang bertakwa. Pertama, orang yang bertakwa akan senantiasa menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit. Kedua, mampu menahan amarah disaat ada kesempatan untuk marah. Ketiga, mudah mema'afkan kesalahan orang lain. Dan keempat, apabila terlanjur mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, ia bersegera memohon ampunan atas dosa-dosa yang telah dilakukannya.

Karenanya, Allah SWT menjanjikan dua balasan bagi orang-orang yang bertakwa, yaitu: pertama, ampunan atas dosa yang telah dilakukan. Dan kedua, surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai yang sungguh menakjubkan.

Allah SWT befirman, ”Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (QS. Ali Imran [3] : 134-136).

Mari optimalkan bulan Ramadhan tahun ini dengan amal kebaikan agar kita bisa meraih gelar muttaqin. Jadikan Ramadhan tahun ini seakan-akan Ramadhan yang terakhir dalam hidup kita, sehingga kita bertekad untuk menjadi lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Wallahu a’lam.

Keistimewaan Bulan Ramadhan

Setiap sesuatu ada yang diistimewakan. Di antara rumah dari rumah Allah SWT yang istimewa adalah Baitullah. Dikalangan manusia, ada manusia yang istimewa yaitu Rasulullah SAW. Di antara hari yang istimewa adalah hari jum’at, dan di antara dua belas bulan yang istimewa yaitu bulan Ramadhan. Berkaitan dengan keistimewaan bulan Ramadhan, Rasulullah SAW bersabda, ”Penghulu segala bulan adalah bulan Ramadhan, dan penghulu hari adalah hari jum’at”. (HR. Al Bazzar).

Beberapa keistimewaan bulan Ramadhan yang tidak dimiliki oleh bulan-bulan selainnya. Pertama, pandangan Allah SWT pada malam pertama bulan Ramadhan. Allah SWT memberikan pandangan, rahmat, dan inayah kepada kaum muslimin. Orang yang mendapatkan pandangan (nadharah) Allah SWT niscaya tidak akan disiksa selamanya. Artinya, ada jaminan bahwa mendapatkan pandangan Allah SWT akan mengantarkan seseorang untuk meraih husnul khotimah (kesudahan hidup yang baik).

Kedua, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah SWT daripada harumnya minyak kasturi. Ketiga, para malaikat senantiasa memohonkan ampunan kepada Allah SWT, siang dan malam, untuk kaum muslimin yang sedang menjalankan ibadah puasa. Keempat, Allah SWT memerintahkan kepada surga agar berhias untuk menyambut orang-orang yang berpuasa. Dan kelima, Allah SWT memberikan ampunan atas dosa orang-orang yang berpuasa pada malam terakhir bulan Ramadhan.

Rasulullah SAW bersabda, ”Pada malam Ramadhan umatku diberikan lima perkara yang tidak diberikan kepada seorang nabi pun sebelumnya. Pertama, bila datang awal malam Ramadhan Allah SWT melihat orang-orang yang berpuasa. Barangsiapa dilihat oleh Allah dia tidak akan mendapatkan adzab selamanya. Kedua, bau mulut orang yang berpuasa di sore hari lebih harum di sisi Allah daripada aroma minyak kasturi. Ketiga, para malaikat memohonkan ampunan untuk orang-orang yang berpuasa siang dan malam. Keempat, Allah SWT telah menyuruh surga. Dia berfirman kepada surga-Nya itu, ”Bersiap-siaplah dan berhiaslah untuk hamba-hamba-Ku, sudah dekat waktunya mereka (hamba-hamba-Ku) itu beristirahat dari kesusahan dunia menuju rumah dan rahmat-Ku. Kelima, bila telah tiba akhir malam Ramadhan, Allah mengampuni dosa mereka semua. Seorang sahabat bertanya, apakah itu yang dimaksud dengan lailatul qadar? Jawab beliau, ”lain”! Tidakkah kamu melihat para pegawai, bukankah jika telah rampung pekerjaannya, mereka disempurnakan gajinya?” (HR. Baihaki).

Oleh sebab itu, mari optimalkan bulan Ramadhan tahun ini dengan amal shaleh agar kita bisa meraih gelar muttaqin. Suatu gelar yang diperuntukkan bagi orang-orang yang berpuasa sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah SWT, ”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2] : 183).

Dengan gelar muttaqin orang akan mendapatkan jaminan ampunan dari Allah SWT. Rasulullah SAW menegaskan, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah SWT, niscaya Allah mengampuni dosanya yang telah lalu. Dan barangsiapa melakukan amal ibadah tambahan (sunah) di bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah SWT, maka ia akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari Muslim). Wallahu a’lam.

Minggu, 24 Agustus 2008

Menyambut Ramadhan

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah : 183).

Ayat di atas mengingatkan kembali akan kewajiban puasa di bulan Ramadhan, yang beberapa hari lagi menyambangi kita. Seharusnya-lah kita bergembira dan bersuka-cita menyambut datangnya bulan Ramadhan. Oleh sebab itu, tanamkan tekad dalam hati untuk mengisinya dengan kebaikan, serta meninggalkan berbagai kejahatan.

Mempersiapkan diri untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan termasuk pengagungan terhadap syiar-syiar Allah SWT sebagaimana firman-Nya, “Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS. Al-Hajj: 32).

Kenapa kita harus menyambut Ramadhan dengan penuh suka cita? Pertama, karena Ramadhan merupakan bulan dilipatgandakan pahala. Rasulullah SAW bersabda, ”Semua amalan anak Adam akan dilipatgandakan (balasannya): satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat.” Allah berfirman, ”Kecuali puasa, sesungguhnya ia untuk-Ku, dan Aku yang langsung membalasnya. Hamba-Ku telah meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku.” (HR. Muslim).

Kedua, Allah SWT telah menyiapkan surga Ar-Rayyan bagi yang berpuasa. Rasulullah SAW bersabda, ”Sesungguhnya di surga ada sebuah pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan, yang pada hari kiamat nanti hanya akan dimasuki oleh orang-orang yang terbiasa berpuasa. Tidak satupun selain mereka yang memasukinya. Jika mereka (orang-orang yang terbiasa berpuasa) telah masukinya, pintu itu akan ditutup. Sedangkan siapa saja yang telah masuk melaluinya, ia pasti minum. Barangsiapa yang minum ia pasti tidak akan merasakan haus untuk selamanya.” (HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i dan Tirmidzi).

Ketiga, pada bulan Ramadhan pintu surga dibuka lebar-lebar, pintu neraka ditutup rapat-rapat, dan setan-setan dibelenggu, sehingga orang yang berpuasa akan leluasa untuk berburu kebaikan di dalamnya. Rasulullah SAW bersabda, ”Telah tiba kepada kalian bulan penuh berkah. Allah mewajibkan kalian berpuasa di bulan ini. Dan pada bulan itu pula pintu-pintu surga akan dibuka, pintu-pintu neraka akan ditutup, dan setan-setan akan dibelenggu. Pada bulan tersebut ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang terhalangi untuk mendapatkan kebaikannya, maka sungguh ia telah dihalangi (benar-benar tidak akan mendapatkannya).” (HR. Nasa’i).

Keempat, doa orang yang sedang berpuasa akan mudah dikabulkan. Rasulullah SAW bersabda, ”Tiga macam doa yang pasti dikabulkan: doa orang yang berpuasa, doa orang yang didzalimi, dan doa orang yang musafir.” Kelima, Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa orang yang berpuasa. Rasulullah SAW menegaskan, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah SWT, niscaya Allah mengampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari Muslim).

Dan keenam, pada bulan Ramadhan terdapat malam lailatul qadar, yaitu suatu malam yang nilainya lebih baik dari pada seribu bulan. Allah SWT berfirman, ”Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam laitul qadar. Dan tahukah kamu apakah malam lailatul qadar itu? Malam laitul qadar itu lebih baik dari seribu bulan (QS. Al-Qadar: 1-3).

Oleh sebab itu, mari optimalkan bulan Ramadhan tahun ini dengan amal saleh agar kita bisa meraih gelar muttaqin. Dengan gelar muttaqin orang akan mendapatkan jaminan ampunan dari Allah SWT dan terbebas dari api neraka. Jadikan Ramadhan kali ini seakan-akan Ramadhan yang terakhir dalam hidup kita, sehingga kita bertekad untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Wallahu a’lam.

Puasa Membentuk Manusia Baru

Puasa tidak hanya diwajibkan atas umat Nabi Muhammad SAW, tapi diwajibkan pula atas umat-umat sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa puasa merupakan sarana efektif untuk membentuk pribadi-pribadi yang bertakwa, yakni pribadi yang mampu menghadirkan Allah SWT dalam setiap aktivitas dan perilakunya.

Puasa di bulan ramadhan bisa diibaratkan sekolah khusus yang ajaran barunya selalu dibuka setiap tahun dengan tujuan pendidikan praktis dalam menyerap nilai-nilai yang paling tinggi. Barangsiapa memasukinya untuk mendapatkan karunia Ilahi, kemudian ia berpuasa sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, lalu ia dapat melakukan ibadah tambahan sesuai yang telah disyariatkan, maka ia akan lulus dengan menyandang gelar muttaqin. Dengan gelar muttaqin orang akan mendapatkan jaminan ampunan dari Allah SWT dan terbebas dari api neraka.

Rasulullah SAW menegaskan, “Barangsiapa berpuasa ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah SWT, niscaya Allah mengampuni dosanya yang telah lalu. Dan barangsiapa melakukan amal ibadah tambahan (sunah) di bulan ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah SWT, maka ia akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari Muslim).

Syaikh Ahmad Musthofa Al-Maraghi dalam tafsinya mengatakan, ada beberapa sisi puasa yang dapat mengantarkan manusia untuk meraih gelar muttaqin. Pertama, puasa membiasakan seseorang takut kepada Allah SWT, karena orang yang sedang dalam melaksanakan puasa tidak ada yang mengontrol dan melihat kecuali Allah SWT.

Kedua, puasa mampu menghancurkan tajamnya syahwat dan mengendalikan nafsu sebagaimana sabda Rasulullah SAW, ”Wahai para pemuda barangsiapa yang mampu untuk menikah maka menikahlah, sesungguhnya nikah itu bisa menahan pandangan dan menjaga kemaluan, dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah berpuasa, karena puasa itu sesungguhnya bisa mengendalikan syahwat.”

Ketiga, puasa membiasakan seseorang untuk berkasih sayang dengan yang lain. Membiasakan untuk selalu berkurban dan bersedekah. Di saat ia melihat orang lain serba kekurangan, maka tersentuhlah hatinya untuk berbagi kepadanya. Ia merasa lapar dan menderita seperti yang sering dirasakan fakir miskin atau seperti yang dikatakan Ibnu Qayyim, ”Puasa dapat mengingatkan bagaimana rasanya perut keroncongan dan dahaga yang membakar dan sering dirasakan para fakir miskin.”

Keempat, puasa membiasakan keteraturan dalam hidup, yaitu orang yang berpuasa akan berbuka pada waktu yang sama, dan tidak ada yang lebih dulu karena kehormatan, atau jabatan, misalnya.

Kelima, adanya persamaan antara yang miskin dan kaya, antara penguasa dan biasa, tidak ada perbedaan dalam melaksanakan kewajiban agama. Berikutnya, keenam, puasa dapat menghancurkan sisa-sisa makanan yang mengendap dalam tubuh, utamanya pada orang yang mempunyai kebiasaan makan dan sedikit kegiatan.

Ketujuh, puasa dapat membersihkan jiwa, karena puasa pada hakikatnya adalah memutus dominasi syahwat. Syahwat bisa kuat dengan makan dan minum, dan setan selalu datang melalui pintu-pintu syahwat. Maka dengan berpuasa syahwat dapat dipersempit geraknya. Terakhir, kedelapan, puasa membentuk manusia baru, Rasulullah SAW bersabda, ”Barangsiapa berpuasa dengan niat mencari pahala dari Allah SWT, maka ia keluar dari bulan ramadhan sebagaimana bayi baru lahir.” Wallahu a’lam.