Selasa, 17 November 2009

Makna Lailatul Qadar

Oleh Imam Nur Suharno SPd MPdI
Aam Amiruddin dalam bukunya, Tafsir Al-Quran Kontemporer, menyebutkan empat pengertian alqadar. Pertama, menurut Al-Qurtubi, alqadar artinya penetapan. Lailatul qadar berarti malam penetapan Allah SWT atas perjalanan makhluk selama setahun, seperti penetapan rizki, jodoh, dan umur.
Allah SWT berfirman, Sesungguhnya Kami menurunkan Alquran pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. (QS Addukhan [44]: 3-4).
Dalam Al-Quran dan terjemahnya, Departemen Agama RI, disebutkan, yang dimaksud dengan urusan-urusan di sini ialah segala perkara yang berhubungan dengan kehidupan makhluk seperti: hidup, mati, rizki, baik, buruk dan sebagainya.
Kedua, Al-Qasimy menyebutkan, alqadar artinya pengaturan. Lailatul qadar berarti malam pengaturan, karena pada malam itu Allah SWT mengatur strategi bagi Nabi-Nya untuk mengajak manusia kepada agama yang benar, demi menyelamatkan mereka dari kesesatan.
Ketiga, makna lain dari alqadar adalah kemuliaan. Jadi, Lailatul qadar berarti malam kemuliaan. Malam tersebut menjadi lebih mulia karena kemuliaan Alquran. Ada juga yang memahami kemuliaan tersebut dalam kaitannya dengan ibadah, dalam arti bahwa ibadah pada malam itu mempunyai nilai tambah berupa kemuliaan dan ganjaran tersendiri, berbeda dengan malam-malam yang lain.
Keempat, alqadar juga berarti sempit. Lailataul qadar berarti malam yang sempit, karena pada malam itu diturunkannya Al-Quran, begitu banyak Malaikat yang turun ke bumi, sehingga bumi serasa sempit karena penuh sesak oleh rombongan Malaikat.
Lailatul qadar merupakan peristiwa besar, dahsyat dan bahkan spektakuler karena diawali dengan kalimat maa adraaka. Kalimat tersebut biasanya digunakan Alquran untuk menggambarkan sesuatu yang dahsyat dan spektakuler, misalnya, Wama adraaka mal qariah (tahukah kamu apakah hari kiamat itu?), Wama adraaka maahiyah (tahukah kamu, apakah neraka hawiyah itu?).
Kalimat khairun min alfi syahr (lebih baik dari seribu bulan), mengandung dua pengertian. Pertama, diartikan secara harfiah, apa adanya, angka 1000, bahwa malam tersebut nilainya lebih baik dari seribu bulan.
Kedua, menunjukkan sesuatu yang sangat banyak, bahkan tak terhingga. Hal ini diungkapkan dalam ayat yang lain (QS Albaqarah [2]: 96). Jadi menurut pendapat ini, bahwa tingkatan keutamaan lailatul qadar tidak bisa dihitung dengan angka. Atas dasar ini, maka lailatul qadar adalah lebih utama dari sepanjang masa.
Lailatul qadar terjadi pada bulan Ramadhan, pada suatu malam yang tak seorangpun mengetahui, karena Nabi SAW hanya mengisyaratkan bahwa kemungkinan besar lailatul qadar terjadi pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir pada setiap bulan Ramadhan. (HR Muslim).
Adapun hikmah tidak dipastikannya kapan turunnya lailatul qadar adalah, pertama, agar kita terus giat dan sungguh-sungguh beribadah, tidak hanya beribadah pada hari-hari tertentu dan meninggalkan ibadah di hari-hari yang lain. Kedua, untuk melatih kita agar senantiasa istiqamah dalam beramal.
Bagaimana agar kita bisa menggapai lailatul qadar? Pertama, menghidupkan malamnya dengan imanan dan ihtisaban, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, Barangsiapa yang shalat pada malam lailatul qadar berdasarkan iman dan ihtisab, maka Allah akan mengampuni dosa-sosanya yang telah lalu. (HR Bukhari dan Muslim)
Kedua, berdoa ketika bertemu lailatul qadar. Rasulullah SAW mengajarkan membaca doa berikut, Ya Allah, sesungguhnya Engkau Dzat Yang Maha Pengampun, maka ampunilah aku. Terkait pengaruh yang bisa dirasakan bagi orang yang mendapatkan lailatul qadar, seorang ahli tafsir berpendapat, jika seseorang mendapatkan lailatul qadar, maka orang tersebut akan merasakan semakin kuatnya dorongan dalam jiwa untuk melakukan kebajikan pada sisa hidupnya, sehingga ia merasakan kedamaian dalam hidup. Semoga Allah SWT memberi kesempatan kepada kita untuk bisa meraih lailatul qadar, amin. Wallahu alam bish-shawab.

Penulis adalah Pengurus Korps Muballigh Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat
dimuat di HU Pelita

Tidak ada komentar: